Pages

Tampilkan postingan dengan label Story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Story. Tampilkan semua postingan

Kelulusan

Sabtu, 25 Mei 2013

Assalamu'alaykum

Air mata ku telat keluar kayaknya
Tanggal 25 Mei 2013, Aku nerima surat kelulusan. Bukan, bukan aku langsung. Tapi melalui perantara lilik ku, baru ke aku tuh surat kelulusan sampe.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang amat menyayangi hamba-hambanya, yang tidak memutuskan nikmat kepada ku yang tidak tahu diri ini.
Ini hadiah buat Mama & Papa, juga semua orang yang sayang dan selalu ada buat aku.

Allah itu baik, di saat aku hanya berdoa "Ya Allah, aku pengen banget dapet nilai 10 buat matematika. Selain karena aku ngga pernah dapet nilai sempurna untuk ujian nasional, aku pengen jadiin nilai 10 matematika ini buat hadiah ke bu Ian, yang sering banget aku gangguin gara-gara tanya ini itu tentang matematika."

Dan ternyata, Alah berkehendak lain, Allah memberiku sesuatu yang lebih besar, yang tidak pernah kuminta karena itu sekedar khayalan yang ngga mungkin banget bagi aku buat mencapainya. Rata-rata nilai UN 9 (Bhs. Inggris 8,80 ; Matematika 9,50 ; Bhs. Indonesia 8,90 ; Teori Kejuruan 8,90).
Meskipun Allah ngga ngasih aku apa yang aku harapkan, tapi Allah ngasih aku sesuatu yang lebih besar. Ini yang bikin aku ngga henti-hentinya bersyukur.
Ya, meskipun aku ngga pernah les kayak temen-temen yang lain karena aku juga udah ngga tega + kasian sama mama papa yang udah biayain sekolah segitu mahalnya, aku bisa ngasih hadiah ini ke mereka.
Terbukti, waktu aku telpon mama papa, mereka kedengaran seneng banget dan ngga berhentinya bersyukur. Seandainya mereka ada di sini, pasti mereka udah meluk aku (apalagi mama).

Terimakasih Banyak Ya Allah atas nikmat yang kau berikan padaku, hingga aku bisa bisa membagikan kebahagiaan ini dan melukis senyum pada Orang tuaku yang ku sayang karena Engkau ;)

Membantu Orang Itu Nikmat Rasanya

Minggu, 12 Mei 2013


Bismillahirahmanirrahim



Hari Sabtu kemarin aku ke sekolah, ya agendaku tanggal 11 mei 2013 emang bantuin Ka Aika bikin reagen di lab buat persiapan ujian adek kelas, sekalian ntar siangnya sekitar jam 13.00 WIB ada men-gab (Mentor Gabungan) Rohis yang sekarang ini.

*Skip

Semua udah selesai ^^
Dari mulai bantuin Ka Aika isiin botol-botol di rak reagen + Bikin reagen.
Dan jam 13.00 WIB ikut men-gab (walau ngaret... dan pesertanya harus disamperin satu-satu ke kelas biar pada ikut).
Alhamdulillah semua kegiatan di hari itu berjalan sesuai rencana

Selesai men-gab aku langsung *wushhh ke ruang guru. Hehe.. aku cinta banget sama guru-guru di sini. Selain itu karena ada Bu Ian juga sih, udah lama ngga ketemu ibuku yang satu ini ;)
Ya dan kita cerita bla bla bla.
Minta restu ke Bu Ian, biar keterima di Farmasi Unej (SNMPTN), dan sedikit cuap cuap dari mulai sekolah sampe tukang pos. Dan Bu Ian minta ntar kalo aku udah di Banyuwangi, Ibuku  yang satu ini maunya dikirimin surat atau kartu pos, ngga mau e-mail. Katanya lebih berasa beda, ada kesenangan tersendiri. *Alhamdulillah ada yang sependapat sama aku ^-^

Aku liat bu ian kayaknya lagi sibuk bener. Ya aku tanya aja, "Ibu ada yang mau dibantu?. Sini saya bantuin. Selama jangan bikin laporan keuangan, atau yang berhubungan sama duit. hehe" ya aku ngga berpikir apa-apa. cuma niat mau bantu aja
"Ya ampun nak... kamu ini ringan banget mau bantu." kata Bu Ian sambil teteap bolak-balik file ini itu.
dan aku "..........." ngga jawab apa-apa.

terus bu Oktri yang duduk di samping bu Ian nyahut, "Sini, Atikah bantuin ibu aja bikin soal kimdas buat anak kelas X"
jederrr "Yah ibu, jangan bikin soal kimia.." soalnya itu pelajaran ibarat air yang udah didihin sampe 100 derajat celcius, terus jadi uap, uapnya dingin jadi air lagi tapi lebih dikit.
"yah kamuu..." kata Bu Oktri.

menjawab pernyataan Bu Ian sebelumnya.
Hmmmm... Ibuku tersayang *seandainya baca blog ku
Aku ngga tau kenapa, tapi jujur ibu.. saya cinta sekolah ini, saya sayang temen-temen di sini, saya sayanggggg banget sama ibu dan guru-guru lain. Buat saya, kalian adalah keluargaku.
Aku pernah denger, tau, hapal, orang bilang "Guru itu orang tua di sekolah". Ya dan baru kali ini saya benar-benar merasakannya.
Ada satu lagi "Sekolahku Rumahku", iya juga. Setiap detik waktu yang aku punya selama tiga tahun terakhir... aku habiskan di sekolah ini. dari jam setengah enam pagi sampai jam setengah enam sore. dan emang aku fine-fine aja dengan keadaan ini.

Kalo masalah menolong,

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Sesiapa yang menghilangkan suatu kesukaran seorang Mukmin dari kesukaran-kesukaran dunia, maka Allah pun menghilangkan darinya kesukaran-kesukaran di hari Kiamat. Dan sesiapa yang memudahkan urusan seorang Mukmin, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Dan sesiapa yang menutup aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan sentiasa menolong hamba-Nya selagi mana hamba tersebut menolong saudaranya.” (Shahih Muslim, no. 2699)

yang aku pikirkan dan rasakan saat menolong orang lain.. senang, hati jadi tenang. Rasanya bahagia bisa membantu meringankan pekerjaan orang lain. Ya... selama aku ngga ada kerjaan kaya sekarang ini atau kerjaanku sudah beres semua... Apapun dan siapapun yang butuh bantuan, insyaallah aku siap membantu
dan aku tidak mengharap apapun, kecuali senyum dari orang yang kita bantu karen urusannya cepat selesai, dan pahal dari Allah. Ya menanamkan kebaikan-lah. Aku berharap saat aku susah nanti, insyaallah bala bantuan allah datang untuk meringankan.. hehehe

kadang juga ada rasa minder sih ya sama semut.. mereka itu lho tolong menolong terus. nah kita sebagai makhluk yang diciptakan dengan sempurna, puny akal pikiran hati, masa iya ngga mau tolong menolong. mengerjakan sesuatu bersama-sama... Iya to? *Jawanya keluar

membantu orang itu nikmat rasanya selama itu dalam hal kebaikan ya... :)

My Hijab

Kamis, 09 Mei 2013

Bismillahirahmanirrahim

Sekarang ini jaman modern, yang saking modernnya bikin orang kebelinger.
Antara yang hitam dan putih susah dibedakan, bahkan sudah abu-abu karena melebur
Antara yang haq dengan yang bathil juga sulit dibedakan, hasil leburannya mungkin jadi syirik dan mitos-mitos kali ya??

Modernisasi yang berujung tajam buat akhwat itu... fashion
Yup, kalo ngga pinter-pinter ikutin dan memfilter fashion sekarang. Wah, fashion seakan-akan bisa jadi Black hole tuh ya...
Atau seakan akan jadi kayak kanker yang maligne banget

Awalnya ak ngga terlalu ngerti dan ngga terlalu peduli apa itu Hijab, Jilbab
Aku kira itu hanyalah sekedar nasehat para ustadz ustadzah, dan bukan suatu keharusan.
Perasaan menyesal, dan hidayah Allah datang saat aku berada di tingkat kelas X semester dua di SMK, aku mulai berhijab.
Itu juga karena aku memiliki teman-teman yang rata-rata berhijab semua, aku merasa malu pada mereka, karena di antara teman sepermainan, hanya aku yang belum memakai hijab.
lalu aku mentoring, dan lebih mengenal apa itu Hijab, apa itu Islam, dan kewajiban-kewajiban lain dalam agamaku ini.
terimakasih untuk teman-teman yang sudah mengenalkanku pada Mentoring, dan untuk Murabbiku tercinta ka Ria,  yang sudah membimbingku dan tak pernah memaksaku untuk berhijab.

Aku ingat kata-kata Ka Ria, "Berhijab itu dari hati, kalau ada unsur paksaan pasti beda rasanya."
dan kata-kata Andan saat ku tanya tentang jilbab, "Menururtku Tik, pendapat orang tentang hatinya dulu dijilbabin itu ngga sepenuhnya bener. Iya kalo langsung hatinya berjilbab, kalo ngga?. Kapan kita mau pake kerudung?. mending kita berjilbab, dan selama berjilab itu kita sambil membenahi diri kita."
dan kata-kata teman lain, "Berhijab itu suatu kewajiban bagi  seorang wanita muslim. tapi jangan sampai ada unsur paksaan ya?"

Kini aku berjilbab sudah dua tahun lebih, tanpa unsur paksaan, ini semua dari hati. Itu yang bikin aku seneng dan bangga sama jilbabku. Dan alhamdulillah juga sekarang aku udah meninggalkan kerudung-kerudung yang tipis. Sekarang aku pake kerudung dobel. jadi ngga transparan. Kan hijab itu menutup, bukan membungkus.

Pokoknya aku bangga dengan jilbabku. Jilbab itu identitas seorang muslimah.. :)

Cita dan Cinta

Selasa, 23 April 2013

Bismillahirrahmanirrahim




Cita dan Cinta

Ya, ini tentang perjalananku. Entahlah. Setiap aku berpikir tentang cita-cita aku juga berpikir tentang cinta. Cinta???. Jangan kira aku berpikir tentang cinta yang macam-macam. Aku hanya berpikir tentang cinta terhadap kedua orang tuaku.

Sekarang aku sudah menginjak kelas dua belas di sebuah sekolah yang Subhanallah hebatnya. Bahkan sekarang ini aku tinggal menanti hasil dari ujian-ujian yang telah ku lewati... LULUS atau TIDAK. Meski dalam hati aku percaya aku akan menerima kelulusan itu.

Seperti yang lain, aku harus menentukan arah hidupku sekarang. Apakah aku akan kerja atau kuliah. Kedua orang tuaku membebaskanku untuk memilih antar kedua hal itu. Terimakasih untuk Mama dan Papa.
Aku memutuskan untuk kuliah. Aku memiliki keinginan yang besar untuk melanjutkan pendidikanku ke Universitas ternama seperti UI, UGM, Unpad, IPB, bahkan ITB. Hingga pada suatu hari seorang guruku mengatakan bahwa ada jalur undangan diploma untuk IPB. Awalnya aku tak tertarik, sama sekali tidak. Sayangnya, lambat laun aku hal ini menarikku seperti medan magnet. Aku benar-benar mengajukan diri untuk jalur undangan itu. Segala sesuatunya ku persiapkan, dari mulai nilai rapot sampai dengan surat keterangan sehat. Saat segala sesuatunya kuserahkan, aku tinggal diam menunggu hasil.

Hari terus berlalu, segala yang ada akan berubah. Entah itu berkurang atau bertambah. semuanya alami mengalami suatu siklus kehidupan. Aku tak merubah impianku untuk kuliah. Dalam hati aku menetapkan "Pokoknya aku akan kuliah diantara lima universitas ternama itu. kalau bisa aku ingin ke luar negeri saja sekalian. Bobot ilmunya akan membantu pola pikirku menjadi lebih berkembang dan berbobot.".

Bagai batu yang terus menerud terkikis oleh tetesan air, kekeras kepalaan ku itu akhirnya hancur juga. Hari itu, seseorang bertanya padaku tentang Universitas yang akan aku pilih, dan dengan semangat serta optimisme tinggi aku menjawab semua itu, termasuk tindakanku untuk mengikuti jalur undangan diploma IPB. tetes air pertama jatuh pada sebuah batu.
Ya, pernyataan yang disampaikan bahwa aku hanya membuang-buang waktu untuk mengambil diploma, dan kenapa tidak langsung sarjana. -aku terima. Kedua, pernyataan tidak sangup mengahadapiku yang susah untuk diberi nasihat, karena aku mengikuti kegiatan di luar sekolah yang katanya dapat mengganggu belajarku di sekolah. Aku hanya cukup fokus terhadap pelajaran di sekolah, meraih prestasi, karena kasihan terhadap orang tuaku yang sudah menyekolahkanku dengan mahal. Dan sebaiknya aku memilih Universitas yang dekat dengan rumah (sesungguhnya) - ku.

Beberapa poin aku terima, beberapa tidak. Aku tahu aku susah untuk diberi nasihat, dan memang sering aku melanggarnya. Namun, ini juga berkaitan tentang pencarian jati diriku (aku mengikuti rohis dan organisasi Keislaman pelajar). Apa aku salah mengikuti hal semacam itu, lagipula hal itu tidak pernah mempengaruhi nilaiku.

Tetesan berikutnya datang kembali, Hari itu papa meneleponku.
"kapan kamu pulang?" kata papa
"Ya nanti pa, kalau sudah liburan sekolah" jawabku kaget mendengar pertanyaan papa. Tidak biasa papa menanyaka kapan aku pulang.
"Papa sekarang sudah tidak kerja di Bali, papa kerja di Banyuwangi biar dekat dengan keluarga. Tapi di saat papa sudah pulang, kamu ngga ada. sampai kapan keluarga kita jauh-jauhan seperti ini. Dari kecil kamu sudah papa tinggal. Papa kangen kamu. Ayolah kita kumpul sekeluarga." papa berkata dengan tenang.
Aku tidak sanggup menjawab apa-apa, terdiam sesaat. Leherku seakan-akan tercekik, menahan isakan tangis yang jika tidak ku tahan akan berubah menjadi jeritan sedih.
"Iya pa." kataku pendek. aku tidak sanggup menjawab apa-apa lagi.

Setelah telepon di tutup, buyarlah semua tangisku yang saat itu sendiri di kamar. Aku tahu, sejak kecil mungkin berumur sekitar empat tahun, aku sudah di tinggal papa. lalu beberapa tahun bertemu kembal. Berpisah lagi di saat aku kelas 4 atau 5 SD. papa pulang dari Bali hanya setiap 2 minggu sekali. Bisa kau bayangkan, papa kerja jauh demi menghidupi keluarganya, menyekolahkanku dan adik-adikku. sekarang saat papa sudah kerja dekat dengan kami, aku sekolah jauh. Aku bisa saja kembali, namun aku memutuskan untuk kuliah di kota yang jauh dengan mereka, keluargaku tersayang.

Di lain hari, saat aku menelepon mama. Ku dengar suara mama berbeda dari biasanya. Mama sakit, dan pekerjaan rumahnya belum selesai. Adikku semua laki-laki, ya kalian tahu.. sulit untuk menyuruh seorang anak laki-laki untuk bekerja semacam itu. yang bisa kukatakan hanyalah- maaf ma, aku ngga bisa bantuin mama sekarang. mama istirahat ya?. nanti kalau aku sudah pulang, aku yang bantu-bantuin mama, biar mama ngga cape ngerjain semua sendiri-

Aku memikirkan hal ini terus, berhari-hari. Di setiap doa dan sujudku, aku hanya mohon diberi petunjuk, 'apa yang harus aku lakukan ya Allah?' dengan derai air mata yang membasahi pipi dan tanganku yang memohon. di satu sisi aku ingin kuliah di Universitas-universitas itu, di sisi lain aku sadar -jauh di lubuk hatiku- aku merindukan keluargaku. Aku yakin, mereka akan membebaskanku memilih universitas manapun. Karena orang tuaku menilai, apapun pendidikan yang aku pilih yang menjalankan adalah diriku sendiri. Mereka hanya mengarahkan, dan menyampaikan pendapatnya.

Aku bukanlah tipikal orang yang kuat untuk lama berjauhan dengan orang yang aku sayang (keluargaku). Selama ini, rasa rindu itu teralihkan sejenak oleh pelajaran serta tugas yang mengisi hariku di sekolah - full time. Di saat aku mulai sendiri, tak ada kegiatan, aku kesepian, teringat kedua orang tuaku, di saat itu pula air mata kembali mengalir tanpa diundang. Sekeras apapun aku menahan, hal itu malah semakin membuat keras isakan tangisku.

Batu itu Mulai Hancur.
ya.. hari itu aku memutuskan untuk memilih Universitas yang letaknya lumayan dekat dengan kotaku. Tidak sedikitpun Univrsitas di kotaku yang menarik perhatianku. Aku akan kuliah di Jember (Farmasi). sambil mengisi formulir pendaftaran SNMPTn, aku menelpon mama dan papa bergantian, meminta pendapat mereka. Bagaimanapun Ridha Allah tergantung Ridha orang tua, terutama Ibu.
Setelah menimbang-nimbang jadilah Farmasi jember menjadi pilihanku. Sekarang ini aku hanya berdoa semoga Allah  memudahkanku masuk ke sana. Sudah saatnya ya Allah, aku berbakti kepada mereka, sudah banyak luka yang aku perbuat pada kedua orang tuaku, dan rasanya belum pernah ya Allah aku benar-benar berbakti pada mereka. Aku tidak ingin terlambat untuk berbakti dan membalas semua jasa yang mereka berikan, meskipun aku tahu jasa mereka seluas lautan dan balasanku hanyalah sebesar tetesan embun pagi.

Untuk universitas yang dulu-sampai sekarang aku idam-idamkan....
Aku tahu ya Allah, Engkau selalu memberikan yang terbaik untuk hambamu. Tidak sekarang, mungkin nanti, atau mungkin dengan yang lain. Aku percaya ya Rabb, rencanamu jauh lebih indah dari yang kami bayangkan.

Jalur undangan diploma IPB yang sempat aku ikuti-Alhamdulillah- aku tidak diterima 
;-)

Ya inilah ceritaku tentang sebuh cita dan cinta antara pendidikan dan cinta orang tua... Miss you Ma Pa

Sebatang Pohon Itu

Kamis, 08 September 2011

akhirnya aku kembali ke kota kelahiranku ini, yah di daerah pedesaan. Setelah sekian lama aku bekerja keras menjalani profesiku sebagai seorang Wartawan di salah satu surat kabar yang sudah cukup terkenal. Kini aku berada di depan pagar rumahku dulu. Rumah, tempat dimana aku dibesarkan menjadi seorang gadis yang mampu meraih cita-citanya seperti sekarang ini. Rumah dimana tersimpan banyak sekali kenangan indah bersama keluargaku.

meskipun aku telah memiliki rumah yang jauh lebih megah dibandingkan rumah ini, aku tetap lebih nyaman tinggal di sini. Lagi pula, di sini jauh dari kebisingan, udaranya pun masih sejuk. Jika mungkin kau hanya dapat menikmati udara segar saat pagi hari saja di perkotaan, namun di sini, Kau akan terus menikmatinya sepanjang waktu. Kebun-kebun strowberi terhampar luas. Jika kau ingin menikmati strowberi itu, kau hanya perlu meinta ijin pada orang-orang sekitar sini, mereka sangat ramah. Tak pernah lagi ku jumpai orang seramah mereka sejak aku pindah ke kota.

Yah, kini aku ingat. Sesosok sahabat yang sangat menyayangiku, Wira. Dulu kami selalu bermain bersama. Ia selalu ada untukku, menghiburku dengan kekonyolannya atau denganhal apapun yang dapat membuatku kembali tertawa. Ia juga sering mengajakku bermain di gubuk kecil di tengah padang rumput, dekat perkebunan strowberi. Tidak jauh dari gubuk itu, terdapat sebatang pohon, tempat pertama kali aku dan Wira bertemu. Dan pohon itu selalu menjadi tempat favoritku dan Wira untuk bermain, atau sekedar beristirahat setelah lelah membantu Paman memetik strowberi-strowberi segarnya untuk segera di jual atau untuk dinikmati sendiri bersama keluarga dan tetangga.

Tiba-tiba terlintas di benakku, memoriku dulu sesaat sebelum aku pergi ke kota. Percakapanku dengan Wira.
"Temuilah aku di gubuk kecil itu", kata Wira sambil menunjuk ke arah gubuk kecil.
"Maaf, tapi aku akan pergi ke kota. Kau pasti sudah mengetahui hal ini dari pamanku. Dan.... apa kau tak ingin mengucapkan salam perpisahan atau memberikan sesuatu kenang-kenangan untukku?" tanya ku.Wajahku menunduk, tak sedikitpun mentapnya.
"Jika kau tidak menemukanku di gubuk itu, pasti aku ada di bawah pohon ini", katanya sambil memegang batang pohon itu. Aku tidak mengerti, apa Wira tidak merasa kehilangan akan kepergian diriku?. Jika mersa kehilangan, tapi mengapa ia tidak terlalu mengiraukan kata-kataku?.
"Fika cepat!, Ayah dan Ibu mu sudah menunggu, kalian akan segera berangkat." teriak paman dari kejauhan.
"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Aku ingin menitipkan kelinci kecilku ini padamu. Aku yakin, kelinciku akan jauh lebih baik tinggal di sini, di banding tinggal di kota." aku meletakkan kelinci ku di samping nya. Wira masih tidak menghiraukanku, ia hanya sibuk membetulkan keranjang sepedanya yang rusak, karena kemarin kami berdua jatuh dari sepeda. Oh, apa ia marah karena keranjang sepeda kesayangannya rusak?.

Aku langsung pergi saat itu. Tanpa kata-kata lagi dari sahabatku Wira. 

Aku berjalan pelan, sambil menikmati pemandangan di sekitar perkebunan strowberi miliki paman. Di kejauhan terlihat tempat yang sangat ku kenal, gubuk kecil itu. Aku berlari ke arah gubuk itu.
masih kokoh dan terawat. Di depan gubuk itu ada sepeda yang sangat ku kenal, keranjangnya sudah diperbaiki. Ada seekor kelinci putih mendekat ke arahku dan belum sempat aku memegangnya, tiba-tiba saja kelinci itu pergi menjauh dariku. Aku berlari untuk mengejar kelinci itu, sampai ku dapat memegangnya.
"Hai, hmmm. Kau mirip kelinciku dulu, hanya saja kau jauh lebih besar" aku mengajak kelinci itu berbicara, itu memang bodoh, apa kau pikir kelinci itu akan menjawab seperti pada dongeng sebelum tidur?.
"itu memang kelinci mu" jawab seseorang
Aku melihat ke arah sebatang pohon yang berada di dekatku. Di baliknya ada seorang laki-laki keluar dengan membawa sekeranjang kecil strowberi. Itu Wira, sekarang dia jauh lebih dewasa dan ya.... ku akui tampan.
"Mengapa kau lama sekali?."  tanya Wira.
"Apa maksudmu bertanya seperti itu?. Ku pikir kau tidak peduli terhadapku. Apalagi saat itu aku akan pergi jauh dan untuk waktu yang cukup lama bukan?" jawabku. Aku sedikit marah, kesal, dan senang bertemu dengan Wira kembali.
"Aku tidak terlalu menghiraukan pembicaraanmu, karena kata-katamu saat itu juga bukan?," jelas Wira dengan santai.
"Kau pikir aku berbicara apa?. kau lah...." Beelum sempat akumeneruskan kata-kataku, Wira memotong.
"Hey, kau memintaku untuk mengucapkan salam perpisahan. tentu saja aku tidak akan melakukan hal itu. Karena aku pikir, salam perpisahan hanya untuk mereka yang akan pergi jauh dan tidak akan pernah kembali, bahkan untuk sekedar bertemu. Namun aku yakin dan menginginkan, kau akan kembali ke sini, untuk menemuiku." jawab Wira. Ia tersenyum kecil dan mentapku.
Aku tidak dapat mengucapkan kata-kata lagi, setelah mendengar pernyataan Wira. Mengapa aku tidak berpikir seperti itu?. Tentu saja, sahabat tidak akan pernah bertindak buruk pada dirimu, dan sahabat tidak akan pernah melupakanmu selama apapun kita berpisah.
"Terimakasih" aku hanya dapat mengatakan hal itu saat ini, dengan senyumanku. namun aku tak berani menatap wajah Wira. Aku malu, setelah sekian lama aku berpikir tentang hal bodoh itu terhadap dirinya.
"Terimakasih telah menjadi sahabatku. Yang selalu mengerti diriku, yang selalu setia menunggu sampai aku kembali. Dan terimakasih telah merawat kelinciku." lanjutku.
"Haha, kau tetap lucu sahabat kecilku. Iya sama-sama. Aku juga ingin berterimakasih padamu. Karena kau telah menjadi sahabatku dan menemuiku kembali. Kau tahu, aku sangat senang hari ini." Wira terus tersenyum.
Dan aku juga merasakan apa yang dirasakan oleh Wira. Kau tahu?, bertemu kembali sahabat sejatimu, sangat membahagiakan. Dan menjaga apa yang namanya persahabatan itu sangat indah. Sulit sekali mengungkapkan keindahan dan kebahagiaan Persahabatan dengan kata-kata. Karena yang dapat mengerti semua itu hanya hati. Dan akan selalu tersimpan di sana.
Di bawah pohon inilah aku dan Wira bertemu. Di bawah pohon inilah aku dan Wira sempat berpisah. Dan di bawah pohon ini juga, aku dan Wira bertemu kembali.
Selama cuti kerjaku, aku akan mengahabiskan bersenang-senang di sini. Dan untuk hari ini, hari pertama aku dan Wira kembali bertemu, kami akan bersepeda dan memetik strowberi... hmmm satu lagi, berbagi cerita.

Cerpen
by : Rizky Atikah .Y.
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS