Pages

Sampaikan Pada Ibuku

Jumat, 09 September 2011

Angin dapatkah kau menyampaikan perasaanku padanya?
Seperti aku merasakan hembusanmu                                
Burung nyanyikanlah lagu rindu untuknya
Lagu yang berasal dari sepenuh hatiku
Langit biru, awan putih
Lukiskan gambaran hatiku
Betapa aku sangat menyayanginya
Pelangi….
Berilah warna pada hidupnya, hari-harinya
Ibu, kau selalu ada dalam hatiku
Aku rindukan dekapan hangatmu
Ku rindukan pangkuanmu
Selalu terngiang di hati, telinga, dan pikiranku
Senandung cinta, kasih sayang tulusmu padaku
Masih teringat, akan setiap nasehat, mimpi, dan harapanmu padaku
Oh Tuhan, bantu aku mengungkapkan perasaanku ini
Melalui alam yang indah ini, yang kau ciptakan untuk kami
Aku ingin mengatakan
Bahwa aku sangat mencintainya…. Ibu
Walau cintaku tak sedalam cintanya padaku
Yang akan terus abadi sepanjang masa

For My Mother :* 

Sebatang Pohon Itu

Kamis, 08 September 2011

akhirnya aku kembali ke kota kelahiranku ini, yah di daerah pedesaan. Setelah sekian lama aku bekerja keras menjalani profesiku sebagai seorang Wartawan di salah satu surat kabar yang sudah cukup terkenal. Kini aku berada di depan pagar rumahku dulu. Rumah, tempat dimana aku dibesarkan menjadi seorang gadis yang mampu meraih cita-citanya seperti sekarang ini. Rumah dimana tersimpan banyak sekali kenangan indah bersama keluargaku.

meskipun aku telah memiliki rumah yang jauh lebih megah dibandingkan rumah ini, aku tetap lebih nyaman tinggal di sini. Lagi pula, di sini jauh dari kebisingan, udaranya pun masih sejuk. Jika mungkin kau hanya dapat menikmati udara segar saat pagi hari saja di perkotaan, namun di sini, Kau akan terus menikmatinya sepanjang waktu. Kebun-kebun strowberi terhampar luas. Jika kau ingin menikmati strowberi itu, kau hanya perlu meinta ijin pada orang-orang sekitar sini, mereka sangat ramah. Tak pernah lagi ku jumpai orang seramah mereka sejak aku pindah ke kota.

Yah, kini aku ingat. Sesosok sahabat yang sangat menyayangiku, Wira. Dulu kami selalu bermain bersama. Ia selalu ada untukku, menghiburku dengan kekonyolannya atau denganhal apapun yang dapat membuatku kembali tertawa. Ia juga sering mengajakku bermain di gubuk kecil di tengah padang rumput, dekat perkebunan strowberi. Tidak jauh dari gubuk itu, terdapat sebatang pohon, tempat pertama kali aku dan Wira bertemu. Dan pohon itu selalu menjadi tempat favoritku dan Wira untuk bermain, atau sekedar beristirahat setelah lelah membantu Paman memetik strowberi-strowberi segarnya untuk segera di jual atau untuk dinikmati sendiri bersama keluarga dan tetangga.

Tiba-tiba terlintas di benakku, memoriku dulu sesaat sebelum aku pergi ke kota. Percakapanku dengan Wira.
"Temuilah aku di gubuk kecil itu", kata Wira sambil menunjuk ke arah gubuk kecil.
"Maaf, tapi aku akan pergi ke kota. Kau pasti sudah mengetahui hal ini dari pamanku. Dan.... apa kau tak ingin mengucapkan salam perpisahan atau memberikan sesuatu kenang-kenangan untukku?" tanya ku.Wajahku menunduk, tak sedikitpun mentapnya.
"Jika kau tidak menemukanku di gubuk itu, pasti aku ada di bawah pohon ini", katanya sambil memegang batang pohon itu. Aku tidak mengerti, apa Wira tidak merasa kehilangan akan kepergian diriku?. Jika mersa kehilangan, tapi mengapa ia tidak terlalu mengiraukan kata-kataku?.
"Fika cepat!, Ayah dan Ibu mu sudah menunggu, kalian akan segera berangkat." teriak paman dari kejauhan.
"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Aku ingin menitipkan kelinci kecilku ini padamu. Aku yakin, kelinciku akan jauh lebih baik tinggal di sini, di banding tinggal di kota." aku meletakkan kelinci ku di samping nya. Wira masih tidak menghiraukanku, ia hanya sibuk membetulkan keranjang sepedanya yang rusak, karena kemarin kami berdua jatuh dari sepeda. Oh, apa ia marah karena keranjang sepeda kesayangannya rusak?.

Aku langsung pergi saat itu. Tanpa kata-kata lagi dari sahabatku Wira. 

Aku berjalan pelan, sambil menikmati pemandangan di sekitar perkebunan strowberi miliki paman. Di kejauhan terlihat tempat yang sangat ku kenal, gubuk kecil itu. Aku berlari ke arah gubuk itu.
masih kokoh dan terawat. Di depan gubuk itu ada sepeda yang sangat ku kenal, keranjangnya sudah diperbaiki. Ada seekor kelinci putih mendekat ke arahku dan belum sempat aku memegangnya, tiba-tiba saja kelinci itu pergi menjauh dariku. Aku berlari untuk mengejar kelinci itu, sampai ku dapat memegangnya.
"Hai, hmmm. Kau mirip kelinciku dulu, hanya saja kau jauh lebih besar" aku mengajak kelinci itu berbicara, itu memang bodoh, apa kau pikir kelinci itu akan menjawab seperti pada dongeng sebelum tidur?.
"itu memang kelinci mu" jawab seseorang
Aku melihat ke arah sebatang pohon yang berada di dekatku. Di baliknya ada seorang laki-laki keluar dengan membawa sekeranjang kecil strowberi. Itu Wira, sekarang dia jauh lebih dewasa dan ya.... ku akui tampan.
"Mengapa kau lama sekali?."  tanya Wira.
"Apa maksudmu bertanya seperti itu?. Ku pikir kau tidak peduli terhadapku. Apalagi saat itu aku akan pergi jauh dan untuk waktu yang cukup lama bukan?" jawabku. Aku sedikit marah, kesal, dan senang bertemu dengan Wira kembali.
"Aku tidak terlalu menghiraukan pembicaraanmu, karena kata-katamu saat itu juga bukan?," jelas Wira dengan santai.
"Kau pikir aku berbicara apa?. kau lah...." Beelum sempat akumeneruskan kata-kataku, Wira memotong.
"Hey, kau memintaku untuk mengucapkan salam perpisahan. tentu saja aku tidak akan melakukan hal itu. Karena aku pikir, salam perpisahan hanya untuk mereka yang akan pergi jauh dan tidak akan pernah kembali, bahkan untuk sekedar bertemu. Namun aku yakin dan menginginkan, kau akan kembali ke sini, untuk menemuiku." jawab Wira. Ia tersenyum kecil dan mentapku.
Aku tidak dapat mengucapkan kata-kata lagi, setelah mendengar pernyataan Wira. Mengapa aku tidak berpikir seperti itu?. Tentu saja, sahabat tidak akan pernah bertindak buruk pada dirimu, dan sahabat tidak akan pernah melupakanmu selama apapun kita berpisah.
"Terimakasih" aku hanya dapat mengatakan hal itu saat ini, dengan senyumanku. namun aku tak berani menatap wajah Wira. Aku malu, setelah sekian lama aku berpikir tentang hal bodoh itu terhadap dirinya.
"Terimakasih telah menjadi sahabatku. Yang selalu mengerti diriku, yang selalu setia menunggu sampai aku kembali. Dan terimakasih telah merawat kelinciku." lanjutku.
"Haha, kau tetap lucu sahabat kecilku. Iya sama-sama. Aku juga ingin berterimakasih padamu. Karena kau telah menjadi sahabatku dan menemuiku kembali. Kau tahu, aku sangat senang hari ini." Wira terus tersenyum.
Dan aku juga merasakan apa yang dirasakan oleh Wira. Kau tahu?, bertemu kembali sahabat sejatimu, sangat membahagiakan. Dan menjaga apa yang namanya persahabatan itu sangat indah. Sulit sekali mengungkapkan keindahan dan kebahagiaan Persahabatan dengan kata-kata. Karena yang dapat mengerti semua itu hanya hati. Dan akan selalu tersimpan di sana.
Di bawah pohon inilah aku dan Wira bertemu. Di bawah pohon inilah aku dan Wira sempat berpisah. Dan di bawah pohon ini juga, aku dan Wira bertemu kembali.
Selama cuti kerjaku, aku akan mengahabiskan bersenang-senang di sini. Dan untuk hari ini, hari pertama aku dan Wira kembali bertemu, kami akan bersepeda dan memetik strowberi... hmmm satu lagi, berbagi cerita.

Cerpen
by : Rizky Atikah .Y.

kerinduan Dalam Hati

Pandanganku kosong
Pikiranku melayang jauh
Menuju Alam Mimpi
Yang penuh keindahan dan fantasi
Ingin ku lupakan, walau sejenak
Sesosok wajah yang sangat ku kenal
Namun apa daya?
Semakin ku coba tuk melupakan
Semakin erat bayangan itu
Dalam pikiranku
Hingga genangan air mata rindu
Yang tercampur oleh jutaan memori indah
Menguap, menyebar pekat
Dalam hati dan pikiran
Ingin kulangkahkan kaki ini
untuk menemuninya
Dan mengatakan....
Ku tak dapat jauh darimu
Ku tak dapat melupakanmu

By : Rizky Atikah Yuliastin
For My Mother and My best friend
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS